animasi bergerak gif
Gaara

Minggu, 15 September 2013

Sekilas Jihad dalam Perspektif Islam

Berjuang dalam kedamaian
Kata Jihad yang dikemukakan dalam ayat Al-Quran diterjemahkan sebagai ‘berjuang. Jihad sebagaimana diperintahkan dalam Islam bukanlah tentang membunuh atau dibunuh tetapi tentang bagaimana berjuang keras memperoleh keridhaan Allah, baik individual maupun secara kolektif.

Kata Jihad sama sekali tidak mengandung arti bahwa kita selalu dalam keadaan siap untuk berkelahi atau melakukan perang. Hal itu sama sekali jauh dari kebenaran dan realitas. Arti kata Islam sendiri berarti kedamaian dan semua usaha dan upaya kita sewajarnya diarahkan kepada penciptaan kedamaian serta harmoni di antara sesama kita, dalam komunitas dan dalam masyarakat secara keseluruhan.

Kesalahpahaman
Dalam kamus bahasa Indonesia, kata Jihad diartikan sebagai ‘perang suci. Dalam kamus bahasa Inggris (Oxford Reference Dictionary) Jihad diartikan sebagai ‘perang untuk melindungi Islam dari ancaman eksternal atau untuk siar agama di antara kaum kafir. Kata suci dan perang sebenarnya tidak sinonim satu sama lain, bahkan saling bertentangan karena tidak ada yang suci dalam peperangan. Sangat menyedihkan bahwa kata ‘Jihad’ di masa kini sudah disalah-artikan oleh bangsa-bangsa Barat, khususnya dalam media mereka.

Jihad ada tiga jenis:
1.        Berjuang melawan sifat dasar yang buruk dalam diri sendiri yaitu melawan nafsu dan kecenderungan kepada kejahatan.
2.        Berjuang melalui karya tulis, bicara dan membelanjakan harta guna penyiaran kebenaran Islam serta mengungkapkan keindahannya kepada non-Muslim.
3.        Berjuang melawan musuh kebenaran, termasuk di dalamnya perang membela diri.
Rasulullah s.a.w. mengistilahkan kedua Jihad yang pertama sebagai Jihad Akbar sedangkan yang ketiga sebagai Jihad Ashgar (Jihad yang lebih kecil). Suatu ketika saat kembali dari suatu peperangan, beliau menyatakan:
‘Kalian telah kembali dari Jihad yang kecil (berperang melawan musuh Islam) untuk melakukan Jihad yang lebih besar (berperang melawan nafsu rendah). (Khatib)

‘Pedang’ kebenaran
‘Bacalah dengan nama Tuhan engkau yang telah menciptakan; menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah ! Dia Tuhan engkau adalah Maha Mulia; yang mengajar dengan pena; mengajar manusia apa yang tidak diketahuinya.’ (S.96 Al-Alaq:1-5)

Perintah pertama Allah s.w.t. ini jelas sekali menyuruh beliau untuk menyebarkan ajaran Islam, baik secara lisan maupun tulisan dan bukan dengan kekerasan, bukan dengan pedang atau pun tindakan agresif apa pun.
Apa yang menjadikan seseorang yang tidak memiliki kekuasaan atau pun kekayaan beriman kepada Rasulullah s.a.w, beliau jelas tidak menghunus pedang untuk memaksanya. Satu-satunya ‘pedang’ yang digunakan  Rasulullah s.a.w. hanyalah Al-Quran, sebuah pedang ruhani, pedang kebenaran, yang secara alamiah telah menarik hati mereka yang tidak percaya, tanpa suatu agresi dalam bentuk apa pun. Demikian itulah keindahan, keagungan dan daya tarik Islam serta diri Muhammad yang menyiratkan kebaikan dan kasih sehingga mereka ini bersedia menyerahkan nyawa untuk itu. Justru orang-orang non-Muslim, terutama penduduk Makkah, yang telah mengangkat pedang fisik mereka untuk menyerang umat Muslim guna memaksa mereka kembali kepada ajaran dan agama lama mereka.

Perintah awal
‘Telah diperkenankan untuk mengangkat senjata bagi mereka yang telah diperangi, disebabkan mereka telah diperlakukan dengan aniaya dan sesungguhnya Allah berkuasa menolong mereka.’ (S.22 Al-Hajj:39)

Para ulama sependapat bahwa ini adalah ayat pertama yang memberi izin kepada umat Muslim untuk mengangkat senjata guna melindungi diri mereka. Ayat ini meletakkan dasar-dasar yang menjadi pedoman bagi umat Muslim dalam melakukan perang defensif (secara terbuka). Jelas telah dikemukakan alasan yang mendorong untuk berperang mempertahankan diri setelah menderita dengan sabar sekian lamanya. Mereka menderita aniaya terus menerus selama bertahun-tahun di Makkah dan masih terus diburu kebencian meski telah hijrah ke Madinah.

Secara spesifik Al-Quran menegaskan bahwa bentuk Jihad ini adalah berperang melawan mereka yang telah menyerang Islam terlebih dahulu, dimana ayat-ayat Al-Quran lainnya juga menguatkan hal ini. Umat Muslim hanya boleh mengangkat senjata untuk membela diri terhadap mereka yang telah terlebih dahulu menyerang dan hanya jika umat Muslim memang tertindas dan teraniaya. Hal inilah yang menjadi esensi Jihad Islamiah yang sekarang ini banyak disalah-artikan. Jelas tidak benar sama sekali jika dikatakan bahwa Rasulullah s.a.w. hanya memberikan pilihan kepada umat untuk bai’at atau mati, Islam atau pedang.

Al-Quran menyatakan:
‘Dan, perangilah mereka itu, sehingga tak ada lagi fitnah dan supaya agama menjadi seutuhnya bagi Allah. Tetapi, jika mereka berhenti, maka sesungguhnya Allah swt. Maha Melihat apa-apa yang mereka kerjakan.’ (S.8 Al-Anfal:39)

Ayat di atas menjelaskan kalau perang hanya boleh dilanjutkan sepanjang masih ada laku aniaya dan manusia belum bebas menganut agama yang mereka sukai. Jika musuh-musuh Islam menghentikan perang maka umat Muslim juga harus berhenti pula.

Al-Quran menyatakan:
‘Tidak ada paksaan dalam agama. Sesungguhnya jalan benar itu nyata bedanya dari kesesatan. . .’ (S.2 Al-Baqarah:256)

Ayat di atas mengingatkan umat Muslim secara jelas dan gamblang untuk tidak menggunakan kekerasan dalam menarik non-Muslim ke dalam agama Islam. Dijelaskan juga alasannya mengapa kekerasan itu tidak perlu digunakan yaitu karena jalan yang benar telah nyata bedanya dari jalan kesesatan sehingga tidak ada pembenaran untuk menggunakan kekerasan.

Fakta masa kini
Pada masa kini, beberapa anak muda Muslim secara konyol telah ‘dicuci otaknya’ sehingga menganggap laku barbar, teror, bunuh diri dan pembunuhan yang mereka lakukan akan menjadikan mereka mendapat derajat syuhada. Laku demikian sama sekali tidak bisa disebut sebagai suatu amal saleh, bahkan lebih merupakan pencemaran nama Islam serta pendurhakaan terhadap firman Tuhan. Al-Quran jelas menyatakan:
‘Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan harta bendamu antara sesamamu dengan jalan batil, kecuali yang kamu dapatkan dengan perniagaan berdasar kerelaan di antara sesamamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah Maha Penyayang terhadapmu.’ (S.4 An-Nisa: 29)

Kata-kata ‘janganlah kamu membunuh dirimu’ melarang keras tindakan bunuh diri. Disamping itu apakah mungkin laku pembunuhan orang-orang tidak berdosa dianggap sebagai amal saleh yang akan memberikan izin seorang Muslim masuk pintu surga? Yang pasti adalah membuka jalan ke pintu neraka!
Wallahu a’lam bishawab.
Dari berbagai sumber.

Selasa, 03 September 2013

balada mahasiswa baru

tepat pada tanggal 2 September 2013, sejarah dalam hidup ku, kuukir, menambah episode baru dalam perjalanan panjang, sebuah liku menuju garis keridhaanNya di muka bumi..

ingin ku teriakan pada dunia bahwa aku sekarang sudah bukan seorang SISWA, aku sudah bukan seorang siswa biasa, aku sekarang sudah menjadi MAHASISWA.. -> BSB (Bukan Siswa Biasa)
(dunia : "emang gue nanya?"-.-)

hari pertama masuk ruang kuliah, aku membatin, "oh God, kok ga ada kipas/ac nya ya aku bakal ketemu dosen untuk pertama kalinya..!" -> histeria dalam hati *hhaha lebay

emang lumayan dag dig dug juga yaa KULIAH HARI PERTAMA tuh.. hhihi..
tapii, syukurlah semua lancar dan berkesan.. :)

harapan gue ku so pasti semoga aku slalu ada dalam keridhaanNya.. d setiap langkah.. begitupun keluarga ku yg nun jauh disana.. juga untuk calon suami ku yg super duper luar biasa nun jauh disana (masih ghaib).. hadeuh-.-"
ini masih awal perjuangan lhoo.. yapz.. HAMASAH..!! GANBATTE..!! *semangat \^o^/

-DEMI KEMASLAHATAN UMAT

surat kecil untuk asatidz part. 2

lama gue obrak abrik penyimpanan harta karun berisi tumpukan kertas yg super luar biasa berharga bagi gue-meski mungkin menurut readers itu cuma sbuah tumpukan sampah stadium 4 dan perlu segera dilarikan ke tempat loak terdekat-dan akhirnya gue menemukan secarik kertas!
ya iyalah, kaget kan kalo malah nemu anak kucing di tumpukan kertas.. yg ada juga anak laba-laba kali yaa.. nah lho(?)-.-"

yapz.. readers pasti tau kan postingan gue yg sebelumnya ttg "surat kecil untuk asatidz" yg gue bikin buat semuaa guru2 gue pas mau perpisahan d Muallimin dulu..
nah, itu surat kecil buat semua guru..
selain itu, gue juga bikin surat kecil khusus buat wali kelas gue, kelas IPA 2, yg pada akhirnya d selipin d dalam kotak kado kenang-kenangan kelas IPA 2 buat beliau..

dan, darandandan.. karna surat kecil khusus ini ternyata belum gue posting, jadi, gue posting aja, nih.. hhehe..
oke deh, met baca ya semuaaa, khususnya buat wali kelas IPA 2, bu Neneng Herlina, muachh :* miss u so much.. -> flashback

*
di hari terakhir kami bisa
menatap wajah teduhmu..

bismillahirrahmanirrahim..

ibu.. betapa tak ada kata-kata yang mampu mendeskripsikan kisah kita, kalaupun ada, selembar, dua lembar, seratus lembar pun tak akan cukup, bu..
ibu.. kami bersyukur, Allah telah mengirimkan, menjadikan ibu sebagai malaikat kami di dunia, menjadi bagian dalam episode liku kehidupan kami..
ibu.. awan mendung mungkin saja menggantung hari ini, rintik hujan mungkin saja jatuh dan badai mungkin saja terjadi, tapi, bu.. titik peluh semangatmu mendidik kami membuat kami yakin bahwa kami pasti bisa melalui itu semua. Membuat kami yakin bahwa tak ada yang tak mungkin selama kita memiliki keinginan kuat.. Membuat kami yakin bahwa angka nol pun bisa menjadi seratus.
tapi juga, bu.. terkadang dengan keangkuhan, kekhilafan dan kealpaan kami, kami tak luput menyakitimu.. membuatmu sakit, merasa susah hanya untuk sekedar merebahkan diri di malam hari, membuatmu merasakan malam-malam panjang penuh resah, karena kami..
maaf, bu, maaf..
kami tau, bu, kata "maaf" tidaklah cukup untuk membayar itu semua, tapi ibu begitu tegar dan ikhlas demi bangganya melihat kami yang kemudian kelak banyak mengukir karya disana.. di kemudian hari yang tak lagi bersamamu, bu..

dan, kata "terimakasih" pun juga tak kan cukup untuk membayar itu semua..

dari anak-anakmu, bu..
XII IPA 2
yang selalu menghormatimu
dengan penuh cinta..

Bebas = Berkarya

Orang berpendapat itu bebas.
Dan bebas dalam mengekspresikan pendapatnya.
Tidak akan dikekang, tidak akan dituntut selama tidak menyalahi bebasnya orang lain yang juga ingin bebas. Tak terkecuali dalam hal apapun. Termasuk dalam karya.
Berkarya, pengkaryaan.
Semua aspek kehidupan berstatus "orang" bebas berkarya. Berkarya dalam artian menelurkan sebentuk hal buah hasil pemikiran kreatif-dengan mempertaruhkan keorisinilan ditengah-tengah tekanan pemikiran global.
Berbagai bentuk karya dijajakan. Ditawarkan kepada khalayak. Tabu maupun tidak, realistis maupun tidak, rasional maupun irrasional, kemudian tergantung bagaimana khalayak-konsumen-memilah dan membijakinya. Karena BEBAS.

Siapa sebenarnya yang ketus?


Pening. Mungkin. Tatkala matahari tepat menyapa dengan ketus, menyorotkan panasnya yang tajam ke seluruh muka bumi tanpa ampun.
Sebenarnya bukan ketus, maksud matahari. Matahari tak sejahat yang dibayangkan. Matahari dengan kuasa Tuhan menjadi harga mati dalam menopang kehidupan. Jika Tuhan tidak menciptakan matahari, mungkin tak akan ada manusia yang bisa mendiami bumi sebagai khalifahnya.
Panas matahari tajam menerjang yang dirasakan manusia bukan salah siapa-siapa melainkan salah manusia sendiri. Senjata makan tuan, kami menyebutnya.
Bukan matahari yang kian memanas. Ia tetap saja begitu. Karena kalau matahari berubah-sedikit lebih dingin atau sedikit lebih panas saja-kehidupan akan lenyap dan menjadi suatu kemustahilan. Yang berubah adalah atmosfer bumi. Lapisan pelindung bumi yang kian menipis dan parahnya bahkan berlubang tak mampu lagi menghalau terjangan panas matahari. Sebagaimana payung yang berlubang, ia tak dapat lagi melindungi pemakainya dari tetesan air yang jatuh, tak dapat lagi melindungi pemakainya dari udara panas dan dari partikel meskipun kecil yang diterbangkan angin.
Manusia mengkambinghitamkan bumi. Menyalahkan bumi yang semakin tua, katanya.
Padahal faktanya lihat saja aktifitas sang "khalifah" itu. Aktifitas mereka yang kian menggila seakan menjadi hantu yang menakutkan bagi bumi. Mereka berbuat, tanpa ada rasa tanggungjawab. Sebuah ketimpangan yang nyata di era kebobrokan yang subur merajalela. Sehingga justru manusia lah yang jahat. Akibat kearifannya yang seperti telah dibuang jauh.