animasi bergerak gif
Gaara

Selasa, 03 September 2013

Siapa sebenarnya yang ketus?


Pening. Mungkin. Tatkala matahari tepat menyapa dengan ketus, menyorotkan panasnya yang tajam ke seluruh muka bumi tanpa ampun.
Sebenarnya bukan ketus, maksud matahari. Matahari tak sejahat yang dibayangkan. Matahari dengan kuasa Tuhan menjadi harga mati dalam menopang kehidupan. Jika Tuhan tidak menciptakan matahari, mungkin tak akan ada manusia yang bisa mendiami bumi sebagai khalifahnya.
Panas matahari tajam menerjang yang dirasakan manusia bukan salah siapa-siapa melainkan salah manusia sendiri. Senjata makan tuan, kami menyebutnya.
Bukan matahari yang kian memanas. Ia tetap saja begitu. Karena kalau matahari berubah-sedikit lebih dingin atau sedikit lebih panas saja-kehidupan akan lenyap dan menjadi suatu kemustahilan. Yang berubah adalah atmosfer bumi. Lapisan pelindung bumi yang kian menipis dan parahnya bahkan berlubang tak mampu lagi menghalau terjangan panas matahari. Sebagaimana payung yang berlubang, ia tak dapat lagi melindungi pemakainya dari tetesan air yang jatuh, tak dapat lagi melindungi pemakainya dari udara panas dan dari partikel meskipun kecil yang diterbangkan angin.
Manusia mengkambinghitamkan bumi. Menyalahkan bumi yang semakin tua, katanya.
Padahal faktanya lihat saja aktifitas sang "khalifah" itu. Aktifitas mereka yang kian menggila seakan menjadi hantu yang menakutkan bagi bumi. Mereka berbuat, tanpa ada rasa tanggungjawab. Sebuah ketimpangan yang nyata di era kebobrokan yang subur merajalela. Sehingga justru manusia lah yang jahat. Akibat kearifannya yang seperti telah dibuang jauh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar