animasi bergerak gif
Gaara

Senin, 30 Desember 2013

One of My Dreams : Go to CASA



Lama sudah terpendam jurnal yang kutulis sekitar 2 tahun yang lalu, ketika untuk pertama kalinya aku mengetahui CASA (Club Astronomi Santri Assalaam) PPMI Assalaam Surakarta.
dan untuk pertama kalinya membuka, melihat dan membaca blog CASA, sukses membuat hatiku berdesir-desir merinding begitu inginnya aku kesana. Begitu inginnya pula menjadikan pesantrenku agar bisa seperti Assalaam yang memiliki CASA.
Betapa kuat dan menggebunya semangatku untuk bisa mengembangkan keilmuan falak/astronomi. Pesantrenku tercinta memiliki kurikulum Ilmu Falak, pun memiliki sebuah teropong bintang, maka tunggu apalagi..? begitu pikirku akhirnya, demi kemaslahatan umat.

dan Allah mendengar inginku..
sedikit demi sedikit dibukanya jalan hidupku yang sebelumnya masih berupa episode rahasia dalam skenario rahasia pula.
ilmu Falak kini tengah kujalani, maka aku sama sekali pantang untuk menyia-nyiakannya.
rangkaian demi rangkaian asaku, mulai kujalani, dimulai dengan mengikuti Sidang Itsbat penentuan 1 Dzulhijjah secara langsung (yang selama ini sebelumnya hanya bisa aku tonton di televisi), bertemu dengan orang-orang hebat para pakar astronomi dan ilmu Falak, mengikuti kegiatan-kegiatan keilmuan ilmu Falak.. yang kesemuanya dengan kekuasaanNya, melalui perantara dosenku tercinta, bapak Dr. H. Ahmad Izzuddin, M.Ag..
dan tepat tanggal 28 Desember kemarin, dengan kekuasaanNya pula, dan melalui perantara dosenku tercinta pula, bapak Dr. H. Ahmad Izzuddin, M.Ag, aku bisa menginjakkan kakiku untuk pertama kalinya di PPMI Assalaam, juga di Observatorium CASA.. subhanallah.. alhamdulillah..
disana aku mengikuti Lokakarya dan Silaturrahmi Komunitas Ilmu Falak se-Indonesia, bertemu dengan para ahli Falak se-Indonesia.. syukur alhamdulillah.. aku benar-benar terharu..
yang sangat berkesan bagiku adalah aku bisa bertemu dengan pak Drs. AR. Sugeng Riyadi atau yang lebih akrab disapa pak AR secara langsung, setelah sekian lama aku hanya bisa melihatnya melalui blog CASA. juga aku bertemu dengan mas Nur Hidayatullah, seorang alumnus ilmu Falak IAIN Walisongo, yang kini berdomisili di Kalimantan. Dulu ketika pertama kali sebelum aku masuk di ilmu Falak IAIN Walisongo, beliau adalah orang yang pertama kali ayahku hubungi demi mendapat informasi mengenai ilmu Falak di IAIN Walisongo.

Dari event tersebut kemudian melahirkan sebuah komunitas sebagai wadah upaya pemersatu dalam bidang ilmu Falak yang berkaitan dengan ibadah, seperti penentuan awal bulan Qamariyah, arah kiblat, waktu shalat dan lain sebagainya, sekaligus upaya membumikan dan mengembangkan keilmuan, baik ilmu Falak maupun astronomi.
komunitas itu lahir dengan nama Asosiasi Maestro Astronomi dan Ilmu Falak Indonesia Merdeka (ASTROFISIKA), yang diketuai oleh ketua umum terpilih Drs. AR. Sugeng Riyadi yang merupakan Direktur CASA, dibawah naungan pembinaan yang diketuai oleh Dr. H. Ahmad Izzuddin, M.Ag.

begitu panjang rekam jejak selama 2 hari semalam yang sebenarnya terlalu singkat.. semoga berkah dan manfaat.. memang, jangan mudah puas dengan apa yang sudah didapat.. terus gali, gali dan gali.. cari, cari dan cari..
dalam keilmuan, semangatlah seakan-akan hidup seribu tahun lagi.............. :)

dan semoga, kegiatan-kegiatan berikutnya sudah menunggu untuk siap aku jajaki....

selalu ingat 100 targets -also with Allah's favor

Minggu, 22 Desember 2013

Berkah dalam Air

udah lama ya fren, gue ga nongol d blog gue.. udah kuangen buanget rasanya.. hhehe #alay
hheum.. kemaren gue abis ikut satu event lomba nulis gitu fren.. plus presentasiin apa yg kita tulis itu.. en, ini lah tulisan gue.. *jengjreng.. sayangnya gue blum rejekinya dapet juara, fren.. never mind, keep smile :)

Tema : Budaya dan Teknologi
Berkah dalam Air
Sejak kedatangannya ke Indonesia pada abad ke-13, Islam telah membawa sejuta kemilaunya kepada pribumi Indonesia, setelah sebelumnya kebudayaan telah berakulturasi begitu kompleks dari sejak zaman animisme-dinamisme hingga Hindu-Budha.
Melalui inovasi dan kreatifitas para penyebarnya, Islam dapat dengan mudah diterima di semua kalangan pribumi Indonesia. Kebudayaan-kebudayaan yang telah ada kembali di revisi dengan tanpa membuangnya secara mentah-mentah dan dikenalkan sebagai sebuah kebudayaan baru yang lahir dengan corak Islami. Berbagai ragam kebudayaan yang ada di Indonesia dewasa ini, bisa jadi merupakan buah dari proses akulturasi terdahulu yang telah berkembang.
Diantara kebudayaan-kebudayaan yang ada, mungkin memang sebagian besar mengandung berbagai nilai-nilai tersendiri yang dihubungkan dengan hal-hal mistik atau yang berkaitan dengan spiritualitas. Namun, ada juga kebudayaan yang lagaknya bila dikaji akan menimbulkan sebuah paradigma baru yang dapat mengubah cara pandang seseorang terhadap nilai dari kebudayaan itu sendiri.
Dewasa ini, di era globalisasi, semakin majunya peradaban dimana teknologi semakin berkembang, bukan hal yang mustahil menemukan sebuah hal baru dari hal-hal yang pada awalnya dianggap sebagai hal biasa atau sebagai ‘tradisi’ semata. Banyak kajian-kajian keilmiahan yang kian gencar mengenai kebudayaan. Entah itu kebudayaan yang menyangkut suatu lingkup sosial kemasyarakatan atau bahkan kebudayaan yang ada dalam suatu agama, dalam hal ini agama Islam yang berkembang di Indonesia.
Sebagai contoh, dalam masyarakat Jawa, ada sebuah ‘tradisi’ bahwa di setiap acara-acara yang di dalamnya terdapat doa-doa, dzikir, pembacaan ayat suci al-Quran atau shalawat, para hadirin dianjurkan untuk membawa air minum. Sekilas bila kita tidak meniliknya, tentu itu hanya akan menjadi sebuah fenomena biasa dimana paradigma yang terlanjur berkembang adalah “sudah adatnya begitu” atau “sudah dari sananya begitu”. Mungkin jawaban yang agaknya sudah bisa diterima akal adalah bahwa air yang dibawa—yang dibacakan doa-doa, dzikir, pembacaan ayat suci al-Quran atau shalawat—dipercaya telah berubah menjadi air yang penuh berkah. Dan bila kemudian diminum, air tersebut tentu akan membawa keberkahan bagi peminumnya.
Tradisi ini tentu tidak terlepas dari akulturasi kebudayaan sebagaimana dijelaskan di awal. Dari beragam literatur, kepercayaan di zaman animisme-dinamisme hingga Hindu-Budha di Indonesia mengatakan bahwa peranan air dalam upacara-upacara keagamaan tidak bisa dilepaskan karena air merupakan lambang kesucian, kesejukan dan keberkahan. Dari pembacaan doa-doa, jampi-jampi atau mantra dalam upacara keagamaan, air atau berbagai jenis sesaji yang dibawa dipercaya akan mendatangkan keberkahan bagi orang yang meminum air tersebut atau memakan makanan-makanan sesaji.
Terlepas dari tradisi membawa air minum dalam upacara keagamaan sebelum Islam, Islam sendiri sebenarnya telah mengajarkan perihal keberkahan air minum yang didalamnya mengandung doa-doa. Islam telah mengajarkan bagaimana urgensi membaca doa sebelum melakukan segala aktivitas termasuk minum. Nabi Muhammad saw, sang pembawa risalah pun dengan sangat baik telah memberi teladan mengenai adab dalam hal ini khususnya ketika minum. Sehingga, dalam perkembangannya, proses akulturasi kebudayaan benar-benar hanya merevisi pada bagian corak keislaman yang diutamakan dengan upaya tidak menyimpang dari syariat.
Tidak benar anggapan bahwa meminum air yang sudah diberi doa-doa dengan harapan agar disembuhkan dari penyakit atau dijauhkan dari bencana merupakan suatu hal yang musyrik. Justru doa-doa dan keberkahan atau energi positif yang ada dalam air yang diminum bisa menjadi perantara yang ampuh, tentu dengan izin dan kuasa Allah swt.
Terlebih dunia dikejutkan oleh sebuah penelitian Dr. Masaru Emoto, seorang peneliti dari Hado Institute di Tokyo, Jepang, bersama seorang sahabatnya, Kazuya Ishibashi (seorang ilmuwan ahli mikroskop), pada tahun 2003 mengungkapkan bahwa air memiliki sifat seperti pita magnetik yang bisa merekam pesan.
Penelitiannya menunjukkan bahwa molekul air yang mendapat perlakuan berbeda, akan menunjukkan reaksi yang berbeda pula. Air yang didoakan atau diberikan kata-kata positif, akan membentuk molekul kristal air yang indah ketika air tersebut dibekukan pada suhu -25° Celcius dan dipotret dengan mikroskop elektron dengan kamera kecepatan tinggi. Sebaliknya, bila air diberikan kata-kata negatif, molekul kristal air akan hancur atau membentuk molekul air yang aneh dan cenderung tidak berbentuk.
Penelitian ini sekaligus membuktikan bahwa doa atau perkataan yang baik mampu merubah air menjadi sesuatu yang baik bagi tubuh dan menyadarkan kepada kita bahwa perkataan yang tidak baik mampu mengalirkan energi negatif yang merubah sesuatu menjadi tidak baik. Hal ini pun menunjukkan adanya keharmonisan antara kebudayaan dalam hal ini kebudayaan dalam Islam yang pada mulanya telah terjadi pengakulturasian dengan kebudayaan-kebudayaan sebelumnya, dengan teknologi yang telah berkembang dewasa ini.
Pesatnya perkembangan teknologi semakin mampu mengungkap aspek keilmiahan dalam sebuah kebudayaan, baik kebudayaan yang menyangkut suatu lingkup sosial kemasyarakatan atau bahkan kebudayaan yang ada dalam suatu agama, dalam hal ini agama Islam yang berkembang di Indonesia. Melalui teknologi, paradigma mengenai sebuah tradisi tidak akan sempit atau dengan kata lain hanya memandang sebagai sebuah tradisi semata, melainkan sebaliknya, akan menjadi lebih luas.

Laksmiyanti Annake Harijadi Noor (Keke).