animasi bergerak gif
Gaara

Rabu, 16 Oktober 2013

tebak-tebakan tanggal lahir :) *part 3 (tamat)

(...to be continue)
Beranjak ke hari Jumat dimana saya disibukkan dengan persiapan keberangkatan ke Jakarta untuk mengikuti sidang itsbat. Saya belum sempat mencari ‘korban’ kembali. Sampai di hari Ahad, 6 Oktober 2013, hari kepulangan saya ke Semarang, saya mendapatkan seseorang yang menjadi pamungkas atas tugas saya, genap 5 orang. Maaf, ralat, ganjil 5 orang.
Tepat sekitar pukul 19.00 wib, ketika kereta yang saya dan 12 orang teman saya tumpangi masih menggesek rel kota Tegal, saya beraksi, diawali berbasa-basi terlebih dulu dengan seorang perempuan yang kebetulan duduk di sebelah saya.
“Mbak, turun dimana?”
“Semarang,” jawabnya sembari tersenyum.
“Oh, sama, dong, mbak. Poncol, kan?”
“Iya.”
“Mbak sama, kan tadi dari Jakarta? Asli Jakarta?”
“Engga, sih. Aku asli Tanggerang.”
“Di Semarang kuliah? Dimana?”
“Aku di UNDIP.”
“Oh, UNDIP, ya… Semester berapa?”
“Semester 3. Kalau mbak dimana?”
“Aku di IAIN. Jauh, ya dari UNDIP?”
“Iya, sih. Tapi aku belum begitu tau daerah Semarang, bla… bla… bla…”
(untuk percakapan selanjutnya dipotong karena terlalu panjang, mengingat durasi essay yang tersedia terbatas (di TKP saat itu menghabiskan sekitar 5 menit lebih untuk hanya berbasa-basi)).
“Oh iya, mbak. Pernah ditebak tanggal lahir sebelumnya?” saya mulai masuk ke pokok percakapan.
“Ditebak tanggal lahir? Pernah.”
“Oh iya?”
“Tapi dulu, sih. Waktu SMP.”
“Wah? Terus sekarang masih inget gak, mbak?”
“Engga, sih. Udah lupa.”
“Mau coba lagi, gak? Aku bisa nebak tanggal lahir mbak, lho.”
“Boleh, boleh.”
“Coba, ya, mbak hitung, ya, bla, bla, bla…”
Singkat cerita, untuk kesekian kalinya, saya pun berhasil menebak tanggal lahir… tanggal lahir… (siapa?)
“Oh, iya, mbak. Siapa namanya mbak?”
“Zakia,” jawabnya sembari mengajak bersalaman.
“Keke,” saya turut memperkenalkan diri.
Ini sebuah kefatalan yang sangat fatal. Sudah lebih dari 10 menit kami berbincang-bincang tanpa mengetahui nama masing-masing. Dan hanya dalam waktu kurang lebih 5 menit sejak saya memulai basa-basi, saya sudah mengetahui tanggal lahirnya. Sungguh sebuah perkenalan yang aneh. Biasanya orang yang baru berkenalan bertanya nama terlebih dahulu, kemudian alamat. Sama sekali tidak terpikirkan untuk sengaja menanyakan tanggal lahir.
Akhir cerita, Zakia, ‘korban’ terakhir saya yang saya temui dalam kereta menuju Semarang sepulang mengikuti sidang itsbat, bertanggal lahir 31 Maret.
Begitulah jalan panjang menebak tanggal lahir yang telah saya lalui dalam waktu kurang lebih seminggu. Berawal dari teman sekamar sampai seseorang yang baru dikenal dalam perjalanan panjang di atas kereta.
Sungguh luar biasa dan sangat mengesankan ketika seorang laki-laki dalam kereta berkomentar dengan nada bercanda,”Saya dulu juga dukun, lho.”
Benar-benar BTB, Bukan Tugas Biasa.
Give applause and big appreciation to our honorable lecturer. J


*the end :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar